About US

Hikari Montessori established in 2005 is a Montessori Preschool &

kindergarten and also supplier of quality Montessori and educational

materials. We provide quality education to children aged 1 to 6 years

of age. Our Montessori Curriculum method divide into some part.

From concrete to abstract. From the simple way to complex.


Hikari Montessori is supported by professional and experts teachers.

Hikari Montessori school came to develop creativity and potential,

also build your children character.

Programs

Hikari Montessori has a program that offers

+ Toddler (1-2 years),

+ Nursery (2 - 3 years),

+ Pre – Kiddy ( 3 years ),

+ Kindergarten A ( 4 - 5 years ),

+ Kindergarten B ( 5 – 6 years )

Hikari Montessori gives the children freedom to study actively with Montessori

method.


Curriculum

Hikari Montessori Curriculum :

• Practical Life

• Mathematics

• Sensorial Training

• Language

• Culture

• Art & Music

• Physical Exercise

• Religion (Moslem&Christian)

Senin, 28 Maret 2011

Anak itu Unik

Tim Psikologi Hikari Montessori


Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you.

You may give them your love but not your thoughts
For they have their own thoughts.


Anakmu bukanlah milikmu
Mereka adalah putra putri sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau
dan mereka ada bersamamu, tetapi bukanlah milikmu

Berikanlah mereka kasih cintamu, namun jangan sodorkan pemikiranmu
sebab mereka punya pikiran tersendiri


Sajak Kahlil Gibran boleh jadi merupakan gambaran yang tepat bagaimana anak memang berbeda dengan orang dewasa, sehingga orang dewasa tidak diizinkan memandang dan memperlakukan anak sama seperti dirinya, meski ia adalah orangtuanya. Dalam perspektif psikologi, anak memang berbeda dengan orangtua, tetapi ia harus diperlakukan secara unik, karena ia memang unik terlebih pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Setiap tahapan perkembangan merupakan masa penting dan peka. Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Perlu ketelitian dari orangtua untuk mendorong anak agar mencapai puncak perkembangannya. Seorang anak memerlukan pengalaman dan dapat dibiarkan melakukan penemuan sendiri untuk mengoptimalkan momen pembelajarannya. Orangtua dapat menjadi partner bermain dan belajar sekaligus membantu proses stimulasi yang dibutuhkan, terutama di periode emas (0-6 tahun) kehidupannya. Hal ini pulalah yang dikemukakan oleh Maria Montessori melalui teori perkembangannya bahwa faktor lingkungan dan perlakuan orang dewasa (pendidikan) hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak. Montessori meyakini lingkungan haruslah merupakan tempat yang menyenangkan (loving area), kondusif (nourishing) untuk membantu perkembangan, tempat dimana guru atau orang dewasa dapat mengobservasi perkembangan mereka dan membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.

Adapun tahapan perkembangan anak menurut Maria Montessori adalah :

0 - 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui indera yang dimilikinya. Ini bisa diamati dengan kebiasaan anak/balita untuk melihat setiap gerak dan stimulasi secara lama atau berusaha menyentuh benda-benda yang berada didekatnya.

6 bulan – 3 tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan ini merupakan waktu tepat untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Ini akan tampak dari usaha anak untuk berceloteh dengan orang yang disekitarnya.

2- 4 tahun merupakan masa stimulasi gerakan-gerakan otot agar dapat dikoordinasikan dengan baik untuk berjalan dan bergerak, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu. Ini terlihat dari rasa ingin tahunya yang luar biasa dan aktivitas fisik yang kadang kala tidak terkendalikan.

3 – 6 tahun merupakan kepekaan untuk peneguhan sensoris. Pada tahap ini anak semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun dimana ia memiliki kepekaan menulis dan memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca pada usia antara 4 sampai 6 tahun. Bisa diamati dengan aktivitas mencoret buku, bahkan dinding dan kadang kala membolak-balik buku lalu berkomat-kamit seolah-olah sedang membaca. Jika ini teramati dengan baik, orangtua atau guru tinggal memandunya agar lebih berkembang.


Dalam masa peka ini, setiap anak berbeda dalam perkembangnnya. Oleh karena itu, biarkan anak berkembang sesuai dengan pilihannya sendiri. Sebab anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini terutama pada usia 2 – 6 tahun muncul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Oleh karenanya, guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban yang wajar.


Bahan Bacaan :

Maria Montessori. 1912. The Montessori Methods.New York : Frederick A Stocks.

Carolyn Pope Edwards. 2002. Three Approaches from Europe. Spring. Volume 4 Number 1

Orang Tua dan Perkembangan Anak

Oleh : Abdul Rahman Shaleh


Pada masa peka anak-anak mendapatkan dorongan dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan memfasilitasi anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut

Apa yang diperlukan seorang anak dalam melewati masa emasnya ialah kemandirian dalam perkembangan. Montessori menuliskan sebagai berikut “Mereka harus dibantu memperoleh kemandirian melalui lingkungannya. Merekaharus diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong kemandirian. Mereka tidak boleh dibantu orang lain untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya mereka sendiri dapat melakukan.. Mereka harus diajarkan untuk mampu membantu dirinya sendiri seperti memasang kancing, membuka menutup retsleting, menyimpan sepatu dan lain-lain yang dapat membantu dirinya untuk menjadi mandiri.” Semua alat bermain dan furniture harus memiliki ukuran yang sesuai dengan anak. Hal ini akan membuat mereka dapat mengendalikan alat bermain tersebut. Sehingga mereka akan merasa nyaman dan aman melakukan segala aktifitas yang mereka inginkan. Anak harus dibantu untuk mengembangkan kemauan (tekad dan daya juang) dengan cara melatih mereka mengkoordinasikan tindakannya untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu yang harus mereka capai. Anak harus dibantu mengembangkan disiplindengan cara memberikan kesempatan/peluang kepada mereka untuk melakukan aktifitas konstruktif. Anak harus dibantu mengembangkan pemahaman merekatentang baik dan buruk”.

Agar kemandirian ini dapat mereka capai diperlukan prinsip utama pembelajaran, yaitu kebebasan Montessori mengatakan, “Real freedom …. Is a concequence of development”. Montessori mengatakan, “Jika anak di hadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada mereka unuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka”.

Pada titik ini, tugas orangtua dan orang dewasa lainnya hanya menfasilitasi sejumlah pilihan dan membiarkannya memilih cara untuk berkembang. Kata kunci untuk orangtua adalah mencintai, menyayangi, memperhatikan, dan memberikan pilihan untuk stimulasi dan membuat anak bergerak aktif. Memberikan dorongan dan menghargai pilihan anak, dan aktivitasnya juga merupakan bentuk dukungan orangtua untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi anak. Oleh karenanya, berikan kebebasan dan penghargaan bagi anak dalam setiap tahap perkembangannya dengan menjadi teman bermain anak. Jika ini bisa dilakukan, meskipun hanya 30 menit yang berkualitas, niscaya anak-anak kita akan berkembang akan mencapai kemandiriannya secara unik, karena memang ia unik.


Bahan Bacaan :

Maria Montessori. 1912. The Montessori Methods.New York : Frederick A Stocks.

Carolyn Pope Edwards. 2002. Three Approaches from Europe. Spring. Volume 4 Number 1

Metode Montessori dan Peran Guru

Oleh : Abdul Rahman Shaleh
Tim Psikologi Hikari Montessori


Metode Montessori ialah metode pendidikan yang berpusat pada anak yang didasarkan pada teori-teori perkembangan anak berasal oleh pendidik Italia Maria Montessori (1870-1952) pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh. Metode ini terutama diterapkan di lembaga pendidikan anak usia dini. Dalam kajian psikologi pendidikan metode ini mengikuri paradigma pembelajaran self-directed learning yang menekankan aktivitas anak dan pengamatan klinis pada bagian dari guru (sering disebut sutradara atau pengarah/pemandu). Metode ini menekankan pentingnya lingkungan belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangannya dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep abstrak serta belajar keterampilan praktis.

Berdasarkan paradigma belajar seperti itu, dalam pendekatan Montessori, guru berperan sebagai pengasuh, mitra, dan pemandu arah (guide) anak-anak dalam mencapai tujuan pencapaian tugas-tugas perkembangan. Guru di kalangan Montessori mesti disiapkan secara hati-hati untuk memenuhi dan mempersiapkan lingkungan sebagai alat pedagogis, memberikan pesan yang kuat tentang bagaimana mesti memenuhi tuntutan kurikulum dan memberikan hormat untuk anak-anak. Pada setiap tahapan, guru menjadi mitra orang tua sangat dihargai dalam keseluruhan perannya baik sebagai pengasuh, mitra maupun sebagai pemandu arah. Dalam memenuhi tuntutan ini, guru harus mampun membedakan pemahaman mengenai hakikat anak-anak dan belajar mengarahkan mereka untuk bertindak secara berbeda dalam peran mereka di dalam kelas. Secara akademik, ini dikenal dengan istilah "simetris terbalik" , dimana dalam menjalankan peran ini guru mesti mampu menyajikan isu-isu yang berbeda secara berkesinambungan mengikuti perkembangan anak. Ini berarti guru bertindak selalu dalam konteks sejarah anak.

Tugas guru ialah membantu dan mendorong anak-anak yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kepercayaan diri dan disiplin batin sehingga jika ada yang dirasa kurang perlu intervernsi bagi perkembangan anak. Intervensi ini biasanya dilakukan dengan menginterupsi anak-anak dan kemudian terlibat total (engaged) dalam momen kegiatan, minat, dan proses berpikir anak. Guru karenanya memainkan peran pengarah di kelas dan terlibat dalam aktivitas self directed anak. Secara rinci, guru menjadi observer perilaku dan menjadi fasilitator yang mengkondisikan suasan nyaman, menyenangkan dan produktif bagi anak agar anak-anak lancer bergerak sepanjang proses belajar. Jadi, guru bergerak di antara pembelajaran penuh konsentrasi menuju fase pemulihan yang terorganisir. Ini berarti guru hanya mencoba membaca anak lebih dekat dengan realitas melalui penyelidikan sensorik dan aktivitas praktis untuk kemudian membiarkan (sembari mengamati) prosesnya pada keingin-tahuan dan kepekaan anak.

Pada usia yang lebih muda, guru lebih aktif menunjukkan penggunaan bahan berdasarkan kebutuhan anak. Mempersiapkan ruang kelas Montessori yang disusun dengan hati-hati, teratur, menyenangkan dan bahan dimana anak-anak bebas untuk merespon kecenderungan alami mereka untuk bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil. Kemajuan anak-anak karenanya tergantung pada irama langkah mereka sendiri, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Komunitas sekolah secara keseluruhan, termasuk orang tua, bekerja sama untuk membuka anak-anak untuk mengintegrasikan tubuh, pikiran, emosi, dan semangat yang merupakan dasar dari pendidikan perdamaian holistik (menerima dan berhubungan secara harmonis dengan semua makhluk manusia dan lingkungan alam ).


Bahan Bacaan :

Maria Montessori. 1912. The Montessori Methods.New York : Frederick A Stocks.

Carolyn Pope Edwards. 2002. Three Approaches from Europe. Spring. Volume 4 Number 1

Komunikasi : Kunci Keberhasilan Perkembangan



Dalam satu kisah renungan tentang hubungan anak dan orangtua dikisahkan bagaimana seorang anak berusaha melakukan tawar menawar dengan orang tuanya agar dapat bermain bersama. Bahkan dalam kisah itu diceritakan bagaimana anak berusaha menabung dan berhutang pada ayahnya agar dapat membayar waktu sang ayah yang begitu sibuk dengan pekerjaannya. Tawaran itu begitu menyedihkan sehingga membuat ayahnya menangis dan kemudian mengajukan cuti kerja agar dapat mengganti waktu-waktu yang hilang dari perkembangan anaknya. Kisah lain, ibu seorang anak yang direktur sebuah perusahaan begitu kaget ketika tiba-tiba anaknya berkisah tentang film kartun yang ditontonnya ditelevisi. Ia terhenyak dan bertanya ada berapa fase yang terlewatkan dari perkembangan anaknya. Ia menangis dan merasa bersalah.
Ada begitu banyak kisah yang mungkin dianggap hal biasa bagi penduduk kota Jakarta, pasangan muda yang begitu sibuk membuktikan kemampuannya mengejar kemapanan. Dari sejumlah sesi konseling ditemukan masalah utama dari kehilangan momen perkembangan anak ternyata adalah komunikasi. Dari konsultasi tersebut juga ternyata persoalan utama komunikasi ialah kesediaan orang tua untuk berbagi dengan anak dengan tidak menganggap remeh hal-hal kecil dari komunikasi anak dengan orang tua. Ini didukung oleh banyaknya temuan yang menunjukkan bahwa anak-anak kota besar mengalami keterlambatan bicara dikarenakan kurangnya komunikasi dengan orang tua (kompas.com).
Penelitian Glenn Doman pada anak cacat mental memperlihatkan bahwa komunikasi yang intens dapat meningkatkan kemampuan anak cacat mental menjadi normal. Menyediakan waktu setiap harinya untuk bermain, berbicara, dan bercerita secara bersama menjadi stimulasi utama dalam proses perkembangan anak. Namun demikian komunikasi yang diperlukan bukan pada jumlah jam, tetapi pada kualitas dan arah yang positif. Jika anak sering diajak berdoalog, bercerita dan didorong agar berani mengungkapkan pikirannya, maka kepercayaan dirinya akan tumbuh dan berkembang. Jika suasana yang dikembangkan dalam komunikasi tersebut ialah komunikasi yang terbuka, maka interaksi orangtua dan anak akan memacu perkembangan anak. Dalam komunikasi dengan anak komunikasi yang berkualitas ialah komunikasi yang tidak memaksa. Secara non verbal, sentuhan dan bersalaman merupakan cara yang efektif untuk memecah kebuntuan komunikasi. Tetapi hati-hati, sentuhan yang tidak disetujui juga dapat diartikan sebagai pemaksaan yang dapat memunculkan konfrontasi. Mungkin pola komunikasi yang baik dapat mengikuti filosofi layang-layang, tarik ulur. Tinggal orangtua melihat kapan angin kencang, sepoi-sepoi atau tidak ada gairah pada anak. Itulah sebabnya Maria Montessori menyebutkan bahwa semua kemampuan ini harus dipelajari melalui pengalaman dengan orang dewasa mendorong pemahaman.


Address:

HIKARI MONTESSORI
Jl.Bintaro Utama 9 HB 19 No.15-19
Sektor 9 Bintaro Jaya, Jakarta Selatan
T. (021) 56134599
HP. (021) 0811 88 90 99
www.hikarimontessori.com

  © Blogger templates 'Sunshine' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP