About US

Hikari Montessori established in 2005 is a Montessori Preschool &

kindergarten and also supplier of quality Montessori and educational

materials. We provide quality education to children aged 1 to 6 years

of age. Our Montessori Curriculum method divide into some part.

From concrete to abstract. From the simple way to complex.


Hikari Montessori is supported by professional and experts teachers.

Hikari Montessori school came to develop creativity and potential,

also build your children character.

Programs

Hikari Montessori has a program that offers

+ Toddler (1-2 years),

+ Nursery (2 - 3 years),

+ Pre – Kiddy ( 3 years ),

+ Kindergarten A ( 4 - 5 years ),

+ Kindergarten B ( 5 – 6 years )

Hikari Montessori gives the children freedom to study actively with Montessori

method.


Curriculum

Hikari Montessori Curriculum :

• Practical Life

• Mathematics

• Sensorial Training

• Language

• Culture

• Art & Music

• Physical Exercise

• Religion (Moslem&Christian)

Selasa, 28 Juni 2011

AGAR ANAK TIDAK EGOIS

AGAR ANAK TIDAK EGOIS
Abdul Rahman Shaleh

Anak-anak itu memang unik dengan polah tingkah yang dimilikinya. Pada umumnya anak dipengaruhi oleh sifat egosentrisme yang memang berkembang di usia mereka dan mulai berkembang saat ia mulai memiliki kesadaran akan keberadaan dirinya. Egosentrisme ini berkembang karena anak belum memiliki kemampuan ia belum mampu menempatkan dirinya dalam sudut pandang orang lain dan dalam situasi. Mereka hanya berpikir “saat ini dan di sini”. Akibatnya seringkali anak-anak memperlihatkan perilaku tidak suka disangkal, dibatasi, atau dilarang. Perilaku ini tak jarang mengakibatkan kejengkelan dan perlakuan keras orang tua terhadap anak. Semakin keras perilaku orang tua terhadap anak kemungkinan besar yang terjadi adalah serangan balasan terhadap orang tua dalam bentuk hambatan, pemberontakan, kebohongan, kemarahan dan kekesalan.

Sebaliknya, ketidaksenangan orangtua ditanggapi anak dengan kemarahan. Acapkali anak-anak tersinggung dan marah hanya disebabkan alasan-alasan sepele, karena mereka memang tidak mempunyai pribadi yang kuat. Oleh karena itu, perlu sikap yang bijak dalam mendidik anak agar proses menuju kemandiriannya tidak dicampuri oleh sifat egoisme yang salah kaprah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendorong dan membiasakan perilaku yang positif, antara lain :

1.beri kenyamanan untuk tumbuh dengan menunjukkan sikap menerimanya dengan seluruh kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya agar ia juga dapat mengembangkan self acceptance, sembari menjelaskan dengan sabar dan lembut hal-hal penting menuju arah yang positif, termasuk bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi.

2.Beri kepercayaan pada anak atas potensinya melalui pengakuan yang tulus dan hangat (misalanya melalui pelukan) agar optimisme dan keyakinannya tumbuh.

3.Gunakan bahasa dan tutur kata yang halus. Teriakan dan kata-kata yang tidak tepat pada tempatnya secara tidak sadar dapat menjadikan anak tidak matang dalam proses perkembangannya. Pelan-pelan katakana padanya bahwa menangis, teriakan, dan hentakan kakinya tidak diperlukan bila ia menginginkan sesuatu yang baik dan mungkin untuk dipenuhi.
4.Beri tantangan tugas tertentu yang dapat memaju tanggung jawabnya terhadap kehidupannya.

Senin, 20 Juni 2011

Memanjakan Anak

Memanjakan Anak
Abdul Rahman Shaleh

Memang merupakan hal yang wajar ketika kita menyatakan bahwa kita sangat menyayangi akan buah hati kita. Ketika seorang ibu mengandung anaknya, biasanya memang ia akan merasakan adanya ikatan batin yang kuat antara dirinya dan anaknya. Dalam melayani anak, orangtua biasanya memainkan peranan pelayanan. Bahkan kebanyakan orangtua bersedia melayani anak-anak mereka tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Mungkin, itu adalah tugas orangtua atas dasar bahwa mereka dianggap tidak mampu melakukan sendiri, setidaknya sampai mereka tumbuh dan berkembang menjadi mampu, kompeten, dan individu-individu mandiri. Namun sayangnya banyak orangtua umumnya melakukan terlalu banyak untuk anak. Dalam melakukannya, kita berisiko merampas mereka kesempatan belajar yang penting untuk perkembangan dan pertumbuhan yang sehat. Dengan kata lain, orang tua menomorsatukan anak dalam hal pelayanan. Segala kebutuhan anak selalu dipenuhi bagaimana pun caranya. Kehadiran anak dijadikan mitos sebagai pembawa rezeki dan kebahagiaan dalam keluarga. Orangtua menaruh harapan-harapan kepada anak-anaknya agar mereka memberikan kebanggaan dan kebahagiaan. Orangtua yang terlalu berharap berlebihan kepada anaknya sesungguhnya justru membebani hidup anak itu sendiri. Sebab anak akan merasa terpasung dalam menentukan sikap sesuai dengan keinginannya yang sesuai dengan perkembangnnya.

Oleh karena itu, jika Anda terlalu memanjakan anak Anda secara berlebihan, berhati-hatilah, karena pada akhirnya anak Anda akan selalu menjadi pribadi yang manja dan berani seenaknya tanpa menaruh rasa hormat terhadap Anda. Seorang anak yang biasa dimanjakan secara berlebihan oleh orangtuanya biasanya akan menjadi anak yang nakal, karena orangtua yang terlalu memanjakan anaknya akan sering sekali memaklumi kesalahan anaknya yang pada akhirnya akan berakhir pada kelakuan sang anak yang semakin buruk, karena anak tersebut akan selalu merasa bahwa orangtuanya tidak akan pernah memarahinya sebesar apapun kesalahan yang ia lakukan. Mereka tahu bahwa orangtuanya tidak tega untuk mengatakan 'tidak'. Akibatnya, anak terbiasa tanpa kesulitan atau hambatan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Hal itu membuat pribadi mereka menjadi rapuh dan tidak tahan uji. Walaupun sebenarnya orang tua tahu bahwa hidup itu penuh ujian dan masalah tapi tetap saja memanjakan anak-anaknya secara berlebihan.

Ketika Anda tidak pernah menunjukkan kewibawaan sebagai orangtua dan membiarkan anak Anda berperilaku semaunya tanpa dididik dan ditegur ketika ia melakukan kesalahan, anak Anda tidak akan ragu untuk berperilaku seenaknya didepan Anda dan juga menjadi pribadi yang angkuh serta tidak tahu menghargai orang lain karena telah dibiasakan hidup bebas tanpa pernah mengetahui adanya didikan dan cara berperilaku serta bertata krama yang baik. Anak Anda akan menjadi pribadi yang “caper” atau cari perhatian dengan cara-cara yang tidak wajar karena biasa dimanjakan dengan berbagai hal tanpa pernah dididik secara benar. Padahal keterampilan dalam menghadapi masalah dan ujian itulah yang sebenarnya perlu ditanamkan kepada anak sejak mereka masih kecil. Agar kelak mereka mampu menghadapi masalah dan ujian yang lebih besar lagi.
Oleh karenanya, orangtua perlu menyadari bahwa kasih saying yang diberikan mestilah dilakukan dengan cara yang tepat. Mendidik anak seperti bermain layang-layang. Saat angin tidak berhembus, Anda mesti menariknya agar ia melayang-layang. Sebaliknya saat angin sedang kencang Anda mengulurnya dan membiarkannya dimainkan angina. Sedang saat anginnya terasa cukup, mainkanlah, ia agar layag-layang bergerak indah di angkasa. Begitu juga mendidik anak, saat ia kekurangan motivasi, dorong dan bila perlu lecut semangatnya agar tergerak. Yakinkan bahwa ia memiliki potensi yang luar biasa. Ketika semangatnya dirasa cukup untuk mengembangkan kematangannya, biarkan saja sambil mengawasi, fasilitasi bakat dan minatnya. Anda tidak perlu memarahi, jika itu merupakan bagian dari kreativitas discoverynya. Sedangkan saat anginnya terlalu kencang, Anda cukup mengarahkan semangatnya yang berlebihan. Jika terjadi pemberontakan, sekali-sekali tahan dengan kelembutan dan kasih saying. Pada titik ini, apa yang diperlukan anak di usia golden age-nya adalah bagaimana ia mampu belajar untuk kemandirian. Inilah yang dicoba kembangkan orangtua zaman dulu dengan prinsip mulur mungkret (tarik-ulur)nya. Seperti nasehat orangtua saat anaknya pertama kali belajar mendidik anak “Ketika ia berperilaku baik, Kamu boleh memberikan hadiah dari apa yang diinginkannya sebagai apresiasi atas perilakunya. Namun, ketika ia salah, jangan sungkan untuk menegurnya atau bahkan memarahinya jika perbuatannya sudah kelewatan. Doronglah ia untuk mau meminta maaf kepada siapapun, termasuk kamu, ketika ia melakukan kesalahan, dan ajarkanlah untuk mau berjanji menjadi anak yang baik dan tidak mengulangi perbuatannya yang salah. Jangan lupa bekali ia dengan nilai moral spiritual dan sosial agar ia mampu menghargai dirinya, orang lain, dan Tuhannya”.

Sabtu, 04 Juni 2011

Graduation Day

Dear Parents,

We would like to inform you that our Graduation's day will be held on

Day/ Date : Saturday, June 11, 2011
Time : 08.30 onward
Place : TITAN CENTER M, Floor - Finsen Room
Bintaro Jaya Sektor 7 Tangerang
Theme : Tarzan and Friends
Ticket : Rp. 50,000.- per pax (open for Public)
Ms. Aliny phone no. 021-91959788 or hikarimontessori@yahoo.com

Look forward to meet you in our Great Graduation's day...

best regards, Ms. Henni Norita/ Principal

Observation in Montessori Education

Observation is an integral and continual part of Montessori education. It is a tool that is used by the adult to follow the child (to assess their abilities and readiness for materials), and developed through the early years by the child to help him classify, store, order, and work towards his inner needs.

The adult goal of observation is to learn about the child from a scientific and objective perspective. This can be a greater challenge to homeschooling parents as their connection to their own children tends to be more passionate and emotional than perhaps a teacher in a school setting might have for their students. As Montessori educators (either at home or in a school setting) we must keep on top of our observation skills and use them regularly.

We must learn to sit silently and motionless - conscious immobility. In our fast paced world this is something that many of us rarely do. Our constant physical motion means we're missing out on cues (physical, verbal, and social) from the children around us. As well, often times the adult unconsciously becomes the center of the environment; constantly directing instead of allowing the children to direct themselves. As the adult it's important to step back, slow down, and silently view the environment with fresh eyes.

We should examine ourselves introspectively; how often would you normally want to interrupt the children while they are in the 3 hour work cycle? Are the interruptions really necessary? It's easy to inject our thoughts and interfere when we see a child struggling with a concept. Our inner impulses to help, to do it faster, to do it more efficiently are unnecessary and take the action away from the child.

Are we speaking to much? Are our voices constantly interrupting the precise work of our hands while presenting lessons? Are we over-explaining materials instead of allowing the child to spend time with the materials and investigate further on their own? Montessori materials are beautiful didactic (self-correcting) learning materials that most often do not require excessive speech/language - unless it's a language lesson!

After sitting back and observing it's important to make notes and record your observations for each child and for the group as a whole. Which materials are being used and which ones haven't been used in a long while? Is a child avoiding a particular area and why? What is the atmosphere like? Has the class normalized? If not, why not? Is there a sense of respect and community in the environment?

Allow your mind to be open to change. After recording your observations it's all in front of you in black and white. You can't deny the scientific and objective truth. Open your mind to accept the possibility that the environment isn't well prepared enough, or that you're interfering too much, or that you've not guided the children carefully enough to create the community with respect and peace. As the 'head' of your community it's up to you to use your observations to improve the community.
(Montessori Print Shop)

Address:

HIKARI MONTESSORI
Jl.Bintaro Utama 9 HB 19 No.15-19
Sektor 9 Bintaro Jaya, Jakarta Selatan
T. (021) 56134599
HP. (021) 0811 88 90 99
www.hikarimontessori.com

  © Blogger templates 'Sunshine' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP